Anang
Penulis lepas, tinggal di yogyakarta
16 Nov 2016

DEMA STIE SBI Serius Kawal Cita Cita Generasi Penerus

Menjadi sebuah keprihatinan bersama ketika kita melihat para generasi penerus saat ini sikap, mental dan perilakunya menjadi tidak jelas akibat terlalu banyak melihat tayangan tayangan televisi yang belum saatnya untuk ditonton.

Anak usia sekolah dasar ini rentan mengikuti dan berperilaku hampir sama dengan adegan adegan yang mungkin belum pantas ditiru ataupun dilakukan.

Usia usia sekolah inilah merupakan masa keemasan untuk belajar, bermain, bersosialisasi dan memupuk cita-citanya untuk masa depan nanti.

Atas sebuah keprihatinan yang mendalam, serta dengan semangat perjuangan untuk mengawal cita cita anak bangsa inilah, Dewan Mahasiswa – DEMA STIE SBI menyapa anak anak usia sekolah dasar di Dusun Banaran Desa Sumokaton Tempel Magelang Jawa Tengah untuk berkumpul bersama, bermain dan belajar.

Sementara tujuan yang dibawa oleh DEMA dalam acara Bakti Sosial Dies Natalis STIE SBI yang ke 22 ini adalah tujuan sederhana nan mulia yaitu ikut membantu membatasi anak anak menonton televisi yang tidak sesuai dengan umur mereka, mengedukasi tayangan tayangan yang tidak pantas untuk di tonton serta mengkampanyekan arti pentingnya pendampingan orang tua saat anak menonton tayangan televisi.

DEMA bekerjasama dengan salah satu alumni STIE SBI yang berprofesi sebagai news anchor di salah satu stasiun televise di Jogjakarta ini pun seperti gayung bersambut. Misi seorang Anang Rahardian juga sepakat dengan tema yang diusung oleh DEMA STIE SBI.

Anang Rahardian ini merupakan salah satu relawan pengajar di komunitas Kelas Inspirasi Yogyakarta. Dengan pengalamannya berkeliling dari satu sekolah ke sekolah lain, beliau sangat hapal masalah permasalahan akibat yang ditimbulkan oleh tayangan televisi terhadap tumbuh kembang anak anak.

Meskipun bukan seorang ahli psikologi terhadap tumbuh kembang anak, namun menurutnya, hampir 80 persen tumbuh kembang anak usia sekolah dasar sangat dipengaruhi oleh apa yang ditontonnya dirumah.

Menurutnya hampir 90 persen siswa sekolah dasar yang ditemuinya jika ditanya cita cita, pasti menjawab Dokter, Guru dan Polisi, bukan sebagai Apoteker, Perawat, Peneliti Hukum, Wirausahawan, News Anchor, Desain Grafis atau mungkin Desainer Interior.

Disinilah tugas kita untuk banyak mengkampanyekan dan memberikan informasi kepada generasi penerus bahwa pilihan cita cita yang nantinya menjadi pilihan profesi itu sangatlah  banyak.

Masih menurut Anang Rahardian, hampir 95 persen jika anak anak sekolah dasar ini ditanya tentang apa tontonan televisi yang sering ditonton di rumah, hampir semua menjawab SINETRON.

Lalu sinetron apa yang mereka tonton, tidak lain adalah sinetron yang isinya menebarkan kebencian, ketidakjujuran, bullying terhadap teman sesama, berbau kriminalitas dan unsur konten pornografi.

Inilah yang menjadi keprihatinan DEMA STIE SBI terhadap perkembangan anak anak sekolah dasar saat ini, karena mereka terlalu sibuk dengan tayangan tayangan yang tidak mendidik dan bisa jadi belum saatnya untuk ditonton.

Bagaimana cita cita mereka akan terwujud jika sedari kecil disuguhin denga tayangan tayangan yang tidak masuk akal, tidak realistis, serba instans dan penuh kebencian?.

Anang juga menambahkan bahwa yang lebih memprihatinkan lagi adalah, hampir 80 persen anak anak usia sekolah dasar jika ditanya dengan siapa saat menonton televise di rumah, mereka menjawa sendiri.

Seharusnya , anak anak usia ini masih dalam pendampingan orang yang lebih dewasa atau orang tua yang dapat memberikan pengertian tentang tayangan tayangan yang tengah ditontonnya apakah pantas untuk ditiru atau tidak. Mari kita kawal cita-cita mereka agar tidak salah akibat tayangan tayangan yang tidak pantas untuk mereka konsumsi.

Selain itu, sebagai orang tua seharusnya juga sejak dini mengajarkan kode kode yang terdapat di layar kaca televise kepada anak anak usia sekolah dasar, seperti BO – Bimbingan Orang Tua, R – Remaja, D – Dewasa, RBO – Remaja Bimbingan Orang Tua dan SU – Semua Umur.

Inilah potret generasi penerus yang selalu akan tergerus oleh budaya yang bisa jadi kian tak terurus. Inilah potret anak bangsa yang belum tahu akan menjadi seperti apa nantinya. Inilah tugas semua, orang tua, guru, pemerintah, saya , kamu dan KITA.(A.giean)

 

 

stie-sbi