Masih bertanya mengapa saat kuliah kita masih harus mendapat mata kuliah Bahasa Indonesia? Atau mungkin sebelum bertanya anda sudah malas untuk bertanya, atau mungkin tidak ada gunanya untuk bertanya mengapa?.

Apapun pertanyaan dan keraguan anda, sebaiknya buang jauh jauh terlebih dahulu, karena belajar berbahasa Indonesia itu bukan salah, bukan aib dan mungkin menjadikan kita merasa kuno dan jadul.

Saya sendiri pernah bertanya ( dalam hati, ya dalam hati saja ) mengapa masih ada pelajaran bahasa Indonesia, bukanya kita sekolah 12 tahun dulu pasti ada mata pelajaran ini?, konsep dan materinya juga tidak berubah, kalimat positif negative, tanya perintah, peribahasa, menulis sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan – EYD dan lain lain.

Menurut Asef Saeful Anwar, salah satu dosen yang mengajar mata kuliah Bahasa Indonesia di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Solusi Bisnis Indonesia – STIE SBI , belajar bahasa Indonesia harus dilakukan dengan sadar karena efeknya adalah dapat dipergunakan dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar termasuk mempraktekan hal dasar seperti EYD.

Menurut Asef yang mengidolakan sosok Muhammad Hatta dan Abdurahman Wahid ini, budaya lisan di negeri ini lebih besar daripada budaya tulis. Dalam budaya lisan, aturan gramatikal memang tidak perlu terlalu diperhatikan karena yang diutamakan adalah kelancaran dan keluwesan komunikasi . Adanya bahasa gaul, bahasa alay dan segala fenomena bahasa lainnya, merupakan konsekuensi logis yang memang harus terjadi.

Namun masih menurutnya, diharapkan hal tersebut hanya terjadi dalam komunikasi sehari hari, dan tidak dibawa ke forum resmi seperti kuliah , seminar, upacara, dan forum lainnya.

Dalam hal penulisan bahasa Indonesia, pengaruh budaya lisan demikian tinggi sehingga cara untuk mencegah dan mengurangi adalah dengan membiasakan kegiatan membaca. Namun bukan sembarang membaca bahan bacaan , karena tidak semua bacaan juga baik .

Menurut Dosen yang sudah menghasilkan beberapa buku dan kumpulan puisi ini, membaca buku buku yang relevan dengan bidang studi yang ditempuh adalah sangat baik.

Lalu bagaimana dengan industri media yang mau tidak mau selain memberikan kita informasi dan berita, setidaknya peran media juga terkadang membantu kita untuk lebih arif berbahasa?.

Asef yang menyukai tulisan Pramoedya Anantra Toer ini berpendapat , jika sampai saat ini, media cetak masih jauh lebih baik daripada media online yang mengiming imingi pembaca dengan judul yang tidak masuk akal selain demi kepentingan bisnis semata. Hal ini menurutnya adalah bisnis gaya baru yang disebut oleh beberapa orang sebagai industri judul. Sebab sifatnya menjebak , bisnis ini hanya akan berjalan sebentar.

Orang orang yang pernah terjebak dengan cara mengklik tulisan dan merasa tertipu dengan judulnya akan dengan segera sadar dan tidak akan mengulanginya kembali. Bagaimanapun, tipuan itu hanya berlaku ketika yang ditipu belum sadar, sementara semakin banyak tipuan yang apalagi berulang ulang dengan cara yang sama, maka akan semakin besar potensinya untuk dikuak dan digagalkan.

Akhirnya, kitapun harus lebih jeli lagi untuk memilih untuk belajar bahasa Indonesia. Lakukanlah dengan baik dan benar, karena banyak metode dan saran dari berbagai tulisan maupun apapun itu dalam bentuk cetak, dapat digunakan untuk kita terus belajar , berbahasa dengan baik dan benar.

Note :
Asef Saeful Anwar, lahir di Kali Cisanggarung – Cirebon 6 November 1985
Kuliah di Jurusan Sastra Indonesia serta Program Pasca Sarjana Ilmu Sastra Fakultas Ilmu Budaya UGM Jogjakarta.
Bookgrafi :
– Tulisan Essai di Harian Kompas, Horison, Kedaulatan Rakyat, Minggu Pagi, Merapi, Mata Jendela, Majalah Sabana, dan Jurnal Poetica
– Rendezvous di Tepi Serayu ( 2009 )
– Puisi Menolak Lupa ( 2010 )
– Pewaris Keturunan ( 2010 )
– Yang Muda Yang Kreatif ( 2010 )
– Membaca Sinema Indonesia ( 2011 )
– Dialog, Setahun Diskusi Puisi ( 2013 )
– Dua Arus Selokan Mataram ( 2014 )
– Dari Negeri Poci 5 ; Negeri Langit ( 2014 )
– Rayuan Pohon Beringin ( 2014 )
Buku Puisi :
– Angin Apa Ini Dinginya Melebihi Rindu ( 2015 )
Cerpen :
– Lamsijan Memutuskan Menjadi Gila ( 2014 )

stie-sbi