Zam-Diparafrasekan dari buku Economics for Dummies karya Peter Antonioni dan Sean Masaki Flynn, dengan penyesuaian seperlunya.
02 May 2017

Makroekonomi: Teori dan Permasalahan

Makroekonomi — Disiplin yang mewarnai berita-berita ekonomi di media adalah makroekonomi. Hal ini dikarenakan makroekonomi mengkaji hal-hal yang dirasakan secara luas oleh semua elemen masyarakat yang terlibat dalam situasi ekonomi seperti jumlah penghasilan negara, inflasi harga pasar, tingkat pengangguran, serta dampak kebijakan fiskal dan moneter.

Makroekonomi juga harus mempertimbangkan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara seperti pertumbuhan tenaga kerja dan perkembangan teknologi.

Artikel ini dimaksudkan untuk menyediakan gambaran besar terkait makroekonomi. Karena disiplin makrokekonomi sangat luas, diperlukan adanya kerangka yang menjelaskan singkat tentang garis besarnya. Di bawah ini adalah penjelasan terkait sejumlah isu-isu inti dalam makroekonomi.

Gross Domestic Product

            Ahli makroekonomi biasanya menggunakan GDP (gross domestic product) untuk melacak pertumbuhan ekonomi suatu negara. GDP pada dasarnya adalah statistik yang memperhitungkan nilai keseluruhan barang dan jasa yang diproduksi di suatu negara dalam jangka waktu tertentu.

Sederhananya, GDP yang tinggi dan bertumbuh pesat mencerminkan banyaknya transaksi ekonomi yang menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat.

Karena kecenderungan manusia untuk mengkonsumsi barang dan jasa, GDP juga dapat membantu mengukur kemampuan negara dalam memaksimalkan kesejahteraan penduduknya menggunakan sumber daya yang terbatas.

GDP yang meningkat mengindikasikan bahwa negara telah meningkatkan cara untuk memproduksi barang dan jasa yang diutuhkan oleh warga negaranya.

Perlu diingat bahwa statistik GDP hanya memperhitungkan transaksi yang melibatkan mata uang. Kegiatan masyarakat tradisional yang tidak melibatkan mata uang modern, meskipun produktif secara ekonomi dan sosial, tidak akan menyumbang ke dalam angka GDP.

Sebagai gambaran, GDP dapat memperhitungkan perekonomian di negara maju dengan baik karena hampir seluruh barang dan jasa yang diproduksi dalam sistemnya akan dijual.

Tetapi, dalam negara yang masih dominan agraris, barang yang diproduksi akan digunakan untuk kebutuhan rumah tangga masing-masing sehingga tidak akan menyumbang peningkatan dalam GDP.

Jika negara agraria tersebut kemudian mengadopsi sistem ekonomi pasar, GDP akan terlihat meningkat karena sejumlah barang yang diproduksi untuk konsumsi sendiri akan diperhitungkan untuk pertama kalinya. Tetapi, meningkatnya angka ini tidak serta merta mencerminkan pertumbuhan, melainkan hanya menandakan bertambahnya barang yang diperhitungkan dalam sistem ekonomi pasar.

Secara umum, GDP yang lebih tinggi lebih baik daripada yang rendah, karena banyaknya output mencerminkan standar hidup potensial yang lebih tinggi, termasuk layanan kesehatan dan sebagainya.

Tetapi, meningkatnya GDP tidak selalu berarti meningkatnya kesejahteraan. Jika sebuah negara terkena bencana alam, rekonstruksi dan produksi baru akan dijalankan untuk mengembalikan infrastruktur yangg rusak dan GDP akan naik karenanya.

Kasus lain, saat sebuah negara sedang mencapai tingkat pertumbuhan yang tinggi, dapat berarti bahwa kesenjangan ekonomi juga semakin tinggi karena terdapat golongan yang mendapat penghasilan lebih banyak dan lebih cepat dari yang lainnya.

GDP yang tinggi juga akan mengorbankan jam santai bagi warga negaranya karena sebagian besar produktivitas terjadi saat kita tidak sedang bersantai. Sejumlah ahli ekonomi menghubungkan penurunan pertumbuhan GDP daerah Eropa dengan kebijakan korporasi-korporasinya yang sekarang ini lebih menghargai waktu santai pegawainya.

Inflasi

            Inflasi adalah terminologi yang digunakan ahli ekonomi untuk meggambarkan kenaikan harga secara umum di sebuah sistem. Hal ini tidak berarti semua harga menjadi lebih tinggi, karena sejumlah produk bisa saja mengalami penurunan harga.

Tetapi, tren keseluruhan tetap meningkat. Inflasi dapat berua kenaikan harga dalam persentase rendah setiiap tahun, tetapi bisa juga berkembang di luar kendali hingga 20-30 persen. Keadaan ini disebut dengann hiperinflasi.

Keadaan ini biasanya mengikuti keruntuhan ekonomi besar-besaran, termasuk ditandai dengan tingkat pengangguran yang tinggi dan penurunan besar sektor  produksi barang dan jasa di suatu negara.

Mata uang pada dasarnya menjadi media pertukaran dalam sistem ekonomi. Tanpa uang, efisiensi akan berkurang dengan sistem barter atau tukar-menukar antar barang. Uang dapat berupa benda apa saja, fisik maupun digital, tetapi karakteristik utamanya adalah uang harus diterima secara umum sebagai alat tukar unuk barang dan jasa.

Keseimbangan sangat penting dalam pengelolaan produksi mata uang. Jika uang diproduksi terlalu banyak oleh pemerintah, harga naik dan terjadi inflasi. Sebaliknya, jika suplai uang terlalu rendah, harga turun dan terjadi deflasi.

Secara umum, nilai uang ditentukan oleh suplai dan permintaan. Suplai uang dikontrol oleh pemerintah dan dapat diproduksi kapanpun, sedangkan permintaan akan uang terjadi berdasarkan kegunaan uang sebagai alat pembayaran. Harga barang dan nilai uang berbanding terbalik. Jika nilai uang naik, harga turun, begitupun sebaliknya. Jika suplai uang berlebih, nilai uang akan turun, dan harga naik.

Mengapa suplai uang dapat berlebih? Pemerintah biasanya memproduksi uang dengan jumlah yang lebih banyak dalam 3 skenario: jika pemerintah tidak dapat menaikkan pajak untuk membayar kewajibannya, jika pemerintah mendapat tekanan dari pemberi hutang yang menginginkan inflasi sehingga mereka dapat membayar hutang menggunakan uang yang nilainya tidak tinggi, dan jika pemerintah ingin menstimulasi ekonomi dalam keadaan resesi atau depresi.

Dewasa ini, para ahli ekonomi sudah menemukan penyebab utama terjadinya inflasi. Hal ini adalah suplai uang yang bertambah terlalu epat, dan solusinya dalah dengan memperlambat atau menghentikan sementara pertumbuhan suplai mata uang.

Akan tetapi, seringnya tekanan politik juga diberikan dalam rangka mendukung inflasi, sehingga walaupun ahli ekonomi berhasil menemukan penyebabnya, tidak selalu berarti inflasi dapat dihentikan.

Resesi

            Permasalahan yang harus selalu dicegah atau paling tidak dikurangi efeknya oleh para ahli makroekonomi adalah resesi. Resesi adalah periode dimana output ekonomi berupa barang dan jasa berkurang.

Saat jumlah output jatuh, penyedia lapangan kerja akan membutuhkan lebih sedikit tenaga kerja. Hasilnya adalah PHK besar-besaran dan meningkatnya jumlah pengangguran.

Biasanya, resesi dimulai setelah fenomena yang disebut shock, yaitu kejadian tak terduga yang memiliki dampak negatif seperti bencana alam, serangan teror, kenaikan tajam pada hargaa sumber daya alam yang vital, atau kebijakan pemerintah baru yang merugikan.

Secara umum, periode pasca shock dibagi menjadi jangka pendek dan jangka panjang. Jangka pendek merujuk pada periode dimana korporasi belum menetapkan perubahan harga, sedangkan janga panjang adalah eriode dimana perubahan harga sudah dilakukan sebagai respon terhadap shock.

Kebijakan moneter dan fiskal digunakan untuk mengendalikan resesi. Kebijakan moneter berfokus kepada meningkatkan atau mengurangi suplai uang untuk menstimulasi perekonomian, sedangkan kebijakan fiskal menggunakan anggaran pemerintah dan pajak untuk melakukan stimulasi.

Tetapi, pilihan legislator atau para penentu kebijakan seringkali saling bertentangan. Walaupun data yang dikumpulkan boleh jadi dapat memberikan arah yang jelas dalam mmenciptakan suatu kebijakan, seringkali penentu kebijakan harus bergerak serba cepat sehingga tidak ada pilihan lain selain menggunakan data yang tersedia saat itu.

Tentunya kekurangan dari pendekatan ini adalah terciptanya kebijakan yang didasarkan cara pandang yang parsial. Hal ini menyebabkan tidak terselesaikannya resesi meskipun dengan kebijakann moneter dan fiskal baru yang telah dibentuk.

stie-sbi