Oct
24

Eks Menkeu Buka Suara Soal Resesi Indonesia


Muhammad Chatib Basri berpendapat mengenai situasi perekonomian global yang merujuk pada situasi resesi yang diperkirakan terjadi pada tahun 2023. “Sebetulnya ekonomi Indonesia menurut saya masih relatif kuat,” ujar Chatib Basri dalam acara Indonesia Knowledge Forum XI 2022 yang digelar virtual pada Selasa, 18 Oktober 2022. Chatib mengatakan akan ada impact dibalik adanya resesi yang akan mengancam perekonomian di Indonesia. Dia memang masih percaya pada tahun 2022 Indonesia mungkin akan tumbuh relatif kuat sekali, sekitar 5,4 persen atau 5,5 persen.
Angka core inflation Amerika Serikat di bulan September itu lebih tinggi daripada bulan Agustus. Chatib memperkirakan mungkin dalam Federal Open Markets Committee (FOMC) meeting nanti The Fed akan secara agresif menaikkan bunga. “Sehingga kemungkinan bahwa kenaikan Fed Fund Rate 75 basis poin itu cukup besar, lalu akan naik lagi nanti mungkin 50 basis poin pada Desember,” kata dia.
Chatib bersama salah seorang Profesor dari Harvard University merasa khawatir jika The Fed terlalu agresif menaikkan suku bunga, jika hal itu terjadi akan melemahkan kondisi ekonomi di Amerika. Lantas apa yang terjadi jika Amerika yang menjadi tolak ukur untuk dunia mengalami pelemahan, sudah pasti keadaan ekonomi dunia juga pasti mengalami pelemahan juga. “Mengapa saya berani katakan begini? Karena saya juga melihat hal yang mirip itu terjadi di Jerman. Bahkan dalam kondisi yang jauh lebih buruk,” ucap Chatib.
Jerman mengalami pelemahan akibat dari perang Rusia dengan Ukraina, maka ekspor komoditas dan energi ke Jerman menurun, pasti sumber manufaktur dan sistem akan berkurang karena sumber energi utama yang digunakan adalah gas. Sehingga Jerman mau tidak mau harus beralih ke listrik. “Dan listrik ini, sumbernya berasal dari batu bara ini yang menjelaskan mengapa ketika harga minyak mulai turun, harga CPO mulai turun, harga batu baranya tetap bertahan di sekitar US$ 400,” kata dia.
Chatib berpendapat, semua akan melihat ekonomi global mengalami pelemahan. Hal itu akan mempengaruhi kebutuhan input untuk energi dan komoditas yang akan mengalami penurunan. Jika mengalami penurunan, lantas kebutuhan input untuk komoditas dan energi akan membawa dampak pada ekonomi Indonesia. Implikasi akan pelemahan ekspor dan pelemahan harga komoditas. Adanya implikasi tersebut akan berpengaruh pada ekspor Indonesia dan penerimaan pemerintah. “Nah kalau ekspornya mengalamai penurunan praktis ekonomi Indonesia akan melambat,” ujar Chatib Basri.
Sumber: tempo.co

stie-sbi