Abid Azhary Zain adalah anak pertama dari empat bersaudara. Pria kelahiran 08 Desember 1995 ini merupakan cucu dari seorang pendiri Pondok Pesantren di pelosok Lombok Timur. Keadaan itu membuat ia berada dalam lingkungan pondok pesantren yang kental dengan nilai-nilai keagamaan dari sejak lahir. Hingga di suatu masa ketika ia telah menyelesaikan studi Madrasah Aliyahnya, ia mengambil inisiatif untuk merantau ke Yogyakarta.

Awalnya, niatan itu dianggap mustahil oleh orang-orang disekitarnya. Anggapan itu wajar dan sangat beralasan. Otangtua yang berprofesi sebagai buruh tani tidaklah cukup untuk membiayai perjalanannya. Bahkan untuk melanjutkan studi ke jenjang perkuliahan pun dirasa hanya angan-angan belaka.

Akhirnya dengan uang seadanya yang berhasil ia kumpulkan sendiri, ia meminta restu orangtuanya untuk mengadu nasib di Yogyakarta. Ia memilih Kota Jogja karena banyak cerita yang ia dengar bahwa di Jogja banyak orang yang bisa kuliah sambil bekerja.

Keadaan ekonomi yang sangat terbatas membuatnya harus berjuang keras, tidak enak juga kalau ia harus mengharapkan transferan dana dari orangtua. Mulai dari penjual cilok hingga menjadi operator fotokopi adalah pekerjaannya di tahun pertama di Jogja. Hingga ia mengenal STIE SBI dari seorang teman yang juga kuliah sambil bekerja. Ia pun resmi menjadi mahasiswa STIE SBI pada tahun 2014.

Sebagai anak pertama, ia memiliki tekad untuk menjadi seorang panutan, paling tidak untuk adik-adiknya. Ia pun mengatur waktu kerja dan belajarnya sedemikian rupa. Ia bekerja dari pukul 06.00 pagi sampai pukul 09.00 malam. Dari pukul 09.00 malam sampai pukul 02.00 dini hari, ia gunakan untuk belajar. Selama dua semester, jadwal bekerja dan belajar itu ia jalani. Ia juga menaruh sebuah kertas besar tepat di langit-langit kamar tidurnya. Ada tulisan besar di sana : “IPK : 3,8”.

Ia telah bertekad untuk menyelesaikan semesternya dengan perolehan IPK minimal 3,8. Dengan segenap kegigihannya, ia terus-terusan menjalani jadwal bekerja dan belajarnya. Hingga di waktu pembagian kertas yang tertera di sana nilai hasil semester, ia berhamburan ke kamar mandi dan membasuh wajahnya agar air mata yang mengalir di pipinya tidak terlalu jelas terlihat. Ia terharu bukan karena sedih, ia terharu karena di kolom IPK, tertulis sebuah angka dengan font yang di-bold : 4.

Nilai IPK yang tinggi mengantarkannya pada sebuah kesempatan untuk mendapatkan beasiswa PPA. Beasiswa PPA (Peningkatan Prestasi Akademik) merupakan beasiswa yang diselenggarakan oleh Pemerintah melalui Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Kemenristekdikti, untuk diberikan kepada mahasiswa yang mempunyai prestasi tinggi. Sejak semester 4, ia telah resmi memperoleh beasiswa, dan tentu saja sangat membantu dalam hal biaya pendidikannya.

Ia menyelesaikan skripsinya tepat setelah 3 tahun 6 bulan menjalankan masa kuliah. Waktu senggang antara ujian pendadaran dan wisuda ia gunakan untuk menjadi asisten dosen komputer dan menulis buku. Hingga pada September 2018, ia berhasil menerbitkan sebuah buku novel bergenre romansa-religi yang berjudul : Menikmati Gerimis Kerinduan.

Buku ini menceritakan sepasang manusia, Abi dan Lia, yang sedang dilanda asmara. Pada awal cerita, para pembaca akan disuguhkan dengan adegan-adegan romansa ala anak-anak muda. Hal ini sengaja diangkat oleh Abid untuk memancing emosional pembacanya. Di tengah cerita, Abid mencoba untuk menghadirkan konspirasi tentang kerinduan dan pengorbanan. Dan di akhir cerita, Abid ingin mengajak para perempuan yang sedang dilanda asmara, agar tidak terlalu larut dalam rayuan laki-laki yang belum halal untuknya. Ada sebuah sikap yang ditunjukkan oleh pemeran wanita bernama Lia untuk Abi, yaitu sebuah teori bahwa jika Abi ingin memiliki Lia, Abi harus menjauhinya.

Buku ini diharapkan tidak hanya menghibur, namun dapat memberika inspirasi kepada pembacanya tentang sikap terhadap sebuah perasaan yang disebut rindu. Memiliki buku ini bukanlah sebuah keharusan, namun bagus untuk dijadikan teman akhir pekan. Abid dapat ditemui di instagram : @azharyzain, atau facebook : Abid Azhary Zain.

stie-sbi