May
9

SEMINAR ENTREPRENEUR – “Building Entrepreneur Personality”

Seminar entrepreneur, seminar yang diadakan oleh dosen STIE SBI Yogyakarta. Biasanya dilaksanakan di pertemuan terakhir para dosen dengan mahasiswa sebelum melaksanakan UTS (ujian tengah semester) di semester ganjil. Seminar ini di tujukan untuk seluruh mahasiswa STIE SBI Yogyakarta. Dalam seminar entrepreneur kerap kali mendatangkan narasumber dari luar lingkungan STIE SBI Yogyakarta, dan seorang wirausaha tentunya. Pada kali ini Yudi Aulia Prihantano, S.E., beliau adalah komisaris utama dari PT. A-TAKRIB yg berlokasi di jl. Raya Magelang km.4 no.100. A-TAKRIB adalah perusahaan yang bergerak di bidang penjualan elektronik, dan nama A-Takrib sudah cukup akrab di telinga masayarakat Jogja.

Dalam seminar kali ini – Arif selaku dosen kewirausahaan STIE SBI Yogyakarta yang memimpin jalannya acara. Diawali dengan membacakan profile dari narasumber oleh moderator, Yudi Aulia Prihantano, S.E. memberikan materinya di hadapan mahasiswa. Menurutnya kewirausahaan itu merupakan proses dari dalam diri sendiri, tinggal bagaimana kita memunculkannya. Ada 5 kunci dalam berwirausaha ujar pria kelahiran Bogor 23 Maret 1970 ini diantaranya: kebutuhan, kemauan, kemampuan, kreativitas, dan inovatif. Jika kita mempunyai kelima kunci tersebut, bisa dipastikan kita bisa menjadi pengusaha yang handal.

Dalam setiap usaha sudah pasti ada tantangan dan hambatan kata pria lulusan S1 STIKER Yogyakarta ini, dan hambatan yang pertama adalah sifat kemanjaan. Jika seseorang terlahir dari keluarga berada tanpa pernah ada kekurangan, setiap keinginan selalu terpenuhi kemungkinan besar sifat kemanjaan ini akan muncul jika orang tua tidak mendidik anaknya dengan benar. Karena orang tuanya tidak akan selalu hidup atau selalu dalam keadaan berkecukupan, di saat dia kehilangan orang tua atau orang tuanya mengalami kegagalan itu bisa menjadi pukulan yang hebat kepada dirinya. Sifat yang ke-2 (dua) adalah ketakutan, ketakutan akan kegagalan dalam bisnis, ketakutan produk yang di jualnya tidak laku, ketakutan tidak mampu bersaing, dan ketakutan-ketakutan lainnya. Jika seorang pebisnis tidak berani mengambil resiko maka bukan pebisnis namanya, jika seseorang meyakinkan dirinya akan menjadi pengusaha maka dia harus siap mengambil segala jenis resiko yang ada, dan resiko itu bisa di minimalisir dengan perhitungan yang tepat. Dan sifat yang menghambat seseorang dalam berwirausaha adalah gengsi atau tidak percaya diri. Gengsi akan kemampuan yang dimiliki, gengsi tehadap kata orang tentang kita, dan gengsi-gengsi yang lain. Jika hanya sibuk memikirkan gengsi waktu kita akan habis sia-sia, tinggalkan gengsi teruskan berusaha.

Dalam berwirausaha banyak hal yang harus di korbankan demi berhasilnya suatu usaha, seperti harus bisa meninggalkan kegiatan-kegiatan yang tidak bermanfaat. Seorang pebisnis selalu melakukan sesuatu dengan penuh pertimbangan, apakah menguntungkan untuk dirinya ataukah merugikan untuk orang lain. Seorang pebisnis patutnya juga pandai dalam memilah teman karena hampir sebagian besar jiwa kewirausahaan itu tumbuh dari lingkungan luar seperti teman-teman.

“seorang pebisnis selalu berpikir selam 24 jam, bahkan saat dia beristirahat pun inspirasi bisa datang” kata pria beranak 3 (tiga) ini. Beliau juga menambahkan dalam kesimpulannya 3 sifat yang harus di miliki seorang pengusaha yaitu, egois, artinya egois dalam arti yang baik, idealis, dan pintar mencari peluang yang ada.

Dalam sesi tanya jawab seorang mahasiswa bertanya, apakah organisasi itu penting dalam membangun bisnis. Lalu pak Yudi Aulia Prihantano, S.E. menjawab “memang organisasi tidak memberikan bantuan secara langsung terhadap bisnis kita, tetapi saya menggunakan organisasi untuk memperluas jaringan saya, karena di organisasi adalah tempat berkumpulnya orang-orang dari berbagai tingkatan dan berbagai jenis usaha”.(gie)

 

 

stie-sbi